My Best Father (the last time)

Kalau memikirkan hal itu lagi, sekujur tubuhku tiba-tiba menjadi kaku dan dingin seperti pualam ..
Hatiku seperti tersayat begitu dalam, ada rasa sakit yang luar biasa.

Tepat 13 Januari 2011, dimana Ibu ku genap berusia 66 tahun, Ayah ku dipanggil oleh Tuhan Yesus di usianya yang jalan 76 tahun ..

Saat itu aku terbangun dari tidur, aku memperhatikan sekelilingku yang bergordeng hijau, begitu kelam.
Kudengar suara nafas terengah-engah yang penuh derita, aku berdiri dan meyaksikan Ayahku yang tengah berusaha mengambil sedikit demi sedikit oksigen untuk memenuhi paru-parunya.
Aku tak dapat mengatakan apapun, aku tak seperti kakak ku yang terbuka, juga tak seperti Ibu ku yang dapat memperlihatkan kesedihannya yang mendalam.
Aku duduk diujung tempat tidur sambil memegang kaki Ayah yang semakin kaku dan dingin.
Ayah hanya terpejam, namun, sekali lagi, hanya berusaha bertahan.
Abang (om) ku datang dan membisikan kalimat yang meminta Ayahku berserah pada Yesus, tak berapa lama setelah Abang sepupu ku datang bersama isterinya, ketika aku, kakak dan Ibu ku hendak mulai makan siang, Ayah menghirup udara untuk yang terakhir kalinya.
Perasaan kaget, syok, sedih, semua bersatu dan membuat air mataku tumpah tak tertahan.
Ibu dan kakak ku menangis dengan sangat tersedu, aku berusaha kuat, walau air mataku terus tumpah aku selalu menyekanya, aku tak ingin berlarut, karena sesungguhnya aku bahagia, Ayah tak lagi menahan rasa sakit, Yesus telah memberi kehidupan baru yang kekal.

Dan, ada rasa penyesalan dalam hatiku.
Aku tak mampu memberi seuntai doa untuk Ayah ku, mungkin beliau menunggu ku hingga aku mau berdoa untuknya, tapi aku tak kunjung berbicara.
Disaat terakhir aku tak dapat memberikan yang terbaik untuk Ayah.

maaf dan terima kasih untuk Ayah :)
I'll miss you .
You're my best father .