Posts

Showing posts from June, 2015

[Short Story] 12 Juni 2015

Aku berdiri di taman kota dengan perasaan penuh amarah yang tertahan. Membiarkan orang-orang berlalu lalang tanpa menghiraukan diriku yang diam laksana patung selamat datang. Ku coba mengatur napasku, menyerap energi dari kegelapan malam yang dihalau lampu-lampu terang taman ini. Aku membaca kembali email di ponselku yang dikirimkan oleh Edward. Leslie, sebenarnya Anthony melarangku untuk memberitahu mu. Tapi, aku tidak tahan lagi melihatnya menderita seperti itu. Ia sok kuat padahal ia merindukanmu. Ah...sudah cukup kata pengantarnya, sebenarnya yang ingin ku katakan adalah Anthony sakit. Maksudku benar-benar sakit. Ia harus ke rumah sakit seminggu dua kali, tapi ia tidak mengatakan alasannya. Ia hanya bilang ‘tidak apa-apa’ ‘aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir’. Tapi aku tidak percaya. Jadi dua minggu lalu, aku mengikutinya ke rumah sakit dan ia masuk ke sebuah ruangan orthopedy. Kau tahu, kan, orthopedy itu apa? Benar, berkaitan dengan tulang. Tapi ia lama sekali di dalam,

[Poetry] 5 Juni 2015

Tuhan... Terima kasih atas keteduhan malam yang Kau suguhkan pada manusia hawa ini Terima kasih atas binar rembulan yang menerangi setapak sunyi Terima kasih pula karena Kau tumpahkan para bintang di angkasa tuk temani sang penguasa malam hingga ia tak seorang diri Tuhan... Ketika ku pindai bulan dan bintang menyempurnakan gulita, ku teringat dia Kuatkan ia Ya Tuhan Pencipta Semesta Mampukan ia tuk berjaga atas dunia Lingkupi ia dengan kuasa penjaga raga, jua jiwa Tuhan... Hirau ini mungkin tersirat padanya Tapi aku percaya segenap lisan ku pada-Mu sanggup membawa bahagia Bagiku dan baginya #NulisRandom2015

[Thought] 4 Juni 2015

“Tuhan akan memperlengkapi engkau jika engkau melayani-Nya dengan sungguh.” Sebuah kutipan yang saya dapat saat menghadiri sebuah pelatihan di Bandung belum lama ini. Saat itu saya tertegun, memikirkan kata demi katanya. Lalu saya ucapkan kembali kalimat itu dengan suara yang menyerupai bisikan untuk diri saya sendiri. Ketika itu jiwa saya bertanya-tanya, “Apa yang akan Tuhan perlengkapi dalam diri saya?”. Saya berpikir keras sampai-sampai saya lupa bahwa saat itu saya sedang dalam sebuh acara. Lalu pertanyaan pertama mundur dan muncul pertanyaan mendasar bagi saya, “Sudahkah saya melayani Tuhan dengan sungguh sehingga saya pantas diperlengkapi oleh-Nya?”. Saya terus merenungi pertanyaan yang saya buat sendiri agar saya bisa menjawabnya, juga sendiri. Lalu pertanyaan saya menyempit, “Seperti apa melayani dengan sungguh itu? Bagaimana saya dapat mengetahui bahwa saya sudah melayani dengan sungguh dan pantas diperlengkapi?”. Hingga pagi ini saya terus memikirkannya, lalu sebuah

[Thought] 3 Juni 2015

Baca bukunya sudah lama, sekitar Januari awal. Tapi ada satu quote yang terus terbawa dan menjadi hal yang cukup membuka pikiran saya. Quote -nya seperti ini: “We aren’t who we want to be. We are what society demands. We are what our parents choose. We don’t want to disappoint anyone; we have a great need to be loved. So we smother the best in us. Gradually, the light of our dreams turn into the monster of our nightmares. They become things not done, possibilities not lived.” Indonesia-nya: “Kita bukan orang yang semula kita inginkan. Kita adalah yang dituntut masyarakat. Kita adalah apa yang dipilih orang tua kita. Kita tidak ingin mengecewakan siapa pun; kita memiliki kebutuhan yang besar untuk dicintai. Jadi kita menutupi sisi terbaik dari kita. Perlahan-lahan, cahaya impian kita berubah menjadi monster dalam mimpi-mimpi buruk. Mereka menjadi hal-hal yang tidak dilakukan, kemungkinan-kemungkinan yang tidak kita jalankan.” Iya, menjadi yang orang lain inginkan. Membua

[Thought] 2 Juni 2015

Seperti rintik hujan di senja hari yang membasahi tiap debu dijalan tak berbatu. Tiap tetes airnya tak memandang ke arah mana ia harus berlabuh. Begitupun kasih dalam hati manusia hawa, tak perlu petunjuk arah untuk menentukan kemana jiwanya akan pergi. Ia mengalirkan kasihnya tanpa duga ke seorang manusia adam yang entah mengasihinya kembali atau tidak. Ia hanya tahu bahwa kasihnya tak menuntut balas. Kasihnya begitu tak terbatas, bahkan kata-kata sudah dilampauinya. Ia hanya tahu jika kasihnya mungkin dapat dirasakan dalamnya oleh manusia adam jika Tuhan memberitahunya. Hanya jika Tuhan menghendakinya. Sebagaimana  turunnya hujan. Seperti sinar mentari pagi yang menghujani tiap udara di bumi. Hangatnya membungkus tiap insan tanpa pamrih. Cahayanya menghidupkan tiap-tiap sendi kegelapan yang tak terjamah mata. Juga menjadi pertanda bahwa sebuah petualangan baru siap ditapaki. Begitu juga kasih seorang manusia hawa yang menghujam tiap-tiap nadi seorang manusia adam. Kasih yang beg

[Words] 1 Juni 2015

Kuatkan mental. Yakinkan hati. Tanyakan padanya. Adakah ia memiliki hati? Akan ku tanyakan kemudian. Akan ku runtuhkan tembok pembentuk sunyi. Namun jika hanya aku yang memiliki hati...sudahlah. Kasih ini tak akan sirna hanya karena ada pembuat keramaian lain dihatinya. Yakini apa yang kau yakini. Jika memang begitu adanya, mungkin ini cara Tuhan menyadarkanmu dari cinta yang salah. Jika dia memang demikian, biarlah ia akan menyesal tak menghiraukanmu dikemudian hari. Jika memang demikian adanya, kan ku kubur cinta ini dalam palung terdalam hatiku, lalu ku minta Tuhan untuk menguatkan jiwaku, agar aku tak jatuh lagi pada trelis hatinya yang liku. Apapun yang terjadi, aku akan ada bersamamu. Terima kasih. Terima kasih kembali. Just writing the conversation between my friend and I some months ago... #nulisRandom2015