[Review] Rudy Habibie dan Dunia Tanpa Batas

Setelah melanglang buana dari pagi sampai siang, tibalah gu disalah satu mall kecenya Cibinong, Cibinong City Mall. Jam satu sampai disana untuk ketemu anak-anak dan tentunya ketemu sama Mas Reza Rahadian dalam rangka Meet &  Greet Rudy Habibie The Movie. Setelah fangirling'an ala Indonesia /biasanya fangirling'an K-Pop/, si MC M&G bilang kalau para pemain film akan hadir juga di showing filmnya jam tujuh malam, alhasil kita yang tadinya ga niat nonton langsung buru-buru beli tiketnya.



Akhirnya kita nonton deh film ini. Dimulai dari scene ketika Rudy masih kecil, tinggal di Parepare, saat Jepang menyerang desa dengan pesawatnya. Baru scene pertama udah bikin greget. Lalu lanjut scene-scene di Jerman dan flashback ke Gorontalo dan balik lagi ke Jerman.

Diantara keseluruhan film, beberapa hal memicu gu untuk kembali ingat tentang dunia tanpa batas yang selalu gu inginkan. Tak ada batasan suku, agama, maupun ras. Menjadi manusia bercitarasa internasional. #tsah.

Hal pertama adalah keindahan kota Aachen, Jerman. Ketika Rudy baru sampai disana Pastur bilang, "di Jerman, semua orang dihargai karena mereka punya bakatnya sendiri, seperti tukang hotdong ini, ia berbakat.". Budaya yang begitu indah. Selain budaya, jalanan-jalanan kota Aachen juga menarik perhatian gu, bukan jalanan super mewah, tapi jalanan sederhana yang punya gang-gang kecil untuk dilewati. Dengan arsitektur yang indah. 

Kedua adalah sosok Rudy yang tidak membawa SARA dalam dirinya. Ia musilm, karena tidak ada Masjid atau Mushola disana, saat ia butuh ketenangan dan berdoa dengan jiwa spiritualnya, ia pergi ke Gereja. Berdoa secara Islam disana dan berdiskusi dengan Romo. Rudy berkata dalam hati sambil terisak sebelum masuk ke satu-satunya rumah ibadah disana, "saya hanya ingin mencari ketenangan, maafkan saya, Ya Allah, tapi saya percaya hanya ada satu Tuhan," ditambah "jika Tuhan lebih besar daripada agama, apakah manusia juga lebih besar daripada negara?"

Ketiga. Perbincangan Rudy dan Illona. Illona seorang gadis Polandia yang jatuh cinta pada Indonesia, berkata pada Rudy, "bahasa adalah jendela dunia, bahasa membuat kita menjadi tak terbatas." Benar. Bahasa membuka pikiran kita, membawa kita tidak hanya sampai satu benua, tapi ke berbagai belahan dunia. Belajar bahasa bisa darimana saja, seperti Illona yang belajar bahasa dari seorang suster asal Ambon yang tinggal bersama keluarganya dalam bunker.

Keempat. Sosok Rudy yang rendah hati dan berani. Rendah hati meskipun ia tahu dirinya jenius dan berani meskipun banyak yang menentang gagasan maupun ide cemerlangnya. 

Film ini akan membawa kita pada dunia tanpa batas. Jika kamu punya mimpi, mimpi itu membawa kamu ke dunia tanpa batas.

Comments

Popular posts from this blog

[Review] Mr. Sunshine, Reinkarnasi Jin Goo dan Kim Ji Won di DotS!

[FanFict] DO TIMJANG VOICE 3

Study In UK !!!